Tempat Wisata
Pantai Pasir Panjang
Pantai Pasir
Panjang telah lama menjadi tempat rekreasi yang terkenal, menghadap ke laut
Natuna serta beberapa pulau kecil di sekitarnya, antara lain pulau Lemukutan,
pulau Kabung dan Pulau Randayan. Perahu-perahu kecil dan speed boat
dapat disewa di sini untuk menuju ke pulau-pulau tersebut.Sebagai sebuah tempat
rekreasi, obyek wisata ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang
serta di sekitar pantai telah banyak hotel, cottage, toko-toko, diskotik
dan fasilitas-fasilitas lainnya tersedia bagi wisatawan. Tempat ini sangat
cocok bagi orang-orang yang menyukai olahraga renang, memancing, menyelam dan
ski air atau berselancar. Pantai Pasir Panjang berada di Kecamatan Tujuhbelas,
hanya 17 km dari pusat kota Singkawang. Kondisi jalan masuk telah beraspal dan
dapat dilewati oleh kendaraan roda empat. Sarana transportasi dari dan ke Pasir
Panjang berupa kendaraan umum, taksi, minibus maupun kendaraan pribadi.
Hamparan pasir putih dan bebatuan yang memanjang disertai hembusan angin dan
deburan ombak yang aman sebagai kawasan pemandian, suasana Pasir Panjang akan
terasa pada saat matahari terbit dan tenggelam di cakrawala. Dengan ditemani
deretan Gunung Besi dan pepohonan yang menaunginya semakin menambah keelokan
dan kekhasan wilayah wisata ini. Fasilitas yang lengkap dan nyaman dapat anda
rasakan saat berwisata atau berlibur ke pantai Pasir Panjang ini. Mulai
penginapan, kolam renang keluarga, tempat bermain anak-anak, warung-warung
makan hingga fasilitas olahraga seperti motorcross, road race dan
gokart. Anda dapat pula memancing langsung ke kawasan laut.
Sinka Island Park
Salah satu
tujuan wisata baru di Singkawang terletak di kawasan wisata Teluk Karang/Teluk
Ma'jantuh. Terletak sebelah selatan kota Singkawang 8 km sebelum memasuki kota
ini. Dari pinggir jalan raya Pontianak - Singkawang berjarak 3 km. Merupakan
objek wisata masa depan yang menawarkan fasilitas hiburan modern dan alami,
kawasan wisata tepi pantai ini menyajikan pemandangan pantai dan hiburan
lainnya untuk keluarga yang ditopang dengan berbagai fasilitasnya, seperti
delman maupun kuda bagi pengunjung yang dapat disewa untuk mengelilingi taman
rekreasi ini. Selain itu pengelola menyediakan kolam renang, kantin dan
fasilitas lainnya.
Sinka Zoo
Sinka Zoo
terletak di sebelah kawasan Sinka Island Park, tepatnya di sebelah
selatan dengan jarak 500 meter setelah memasuki Sinka Island Park.
Keunikan kebun binatang ini terletak diberbagai penjuru mengelilingi gunung dan
nampak keindahan laut dari atas gunung tersebut yang menampilkan hewan-hewan
langka lokal maupun luar daerah, taman rekreasi ini juga memiliki mobil pembawa
para wisatawan untuk mengelilingi gunung Bajau. Dari atas gunung ini kita dapat
menyaksikan keindahan kota singkawang dengan jelas.
Taman Bukit Bougenville
Merupakan
taman bunga yang terletak di sebelah selatan, tepatnya di Desa Sijangkung dan
berjarak ± 6 km dari kota Singkawang. Posisinya terletak di kaki bukit berlatar
belakang Gunung Pasi dan dikelilingi areal hutan dan perkebunan. Taman ini
memiliki luas 1,5 ha, walaupun bunga Bougenville yang menjadi tampilan utama,
namun terdapat pula beragam bunga-bunga lainnya dan penataan taman yang asri
untuk dapat dinikmati keluarga dan muda-mudi. Fasilitas yang disediakan untuk
pengunjung relatif telah memberikan kesan "kenyamanan" untuk
dinikmati, mulai dari sarana publik seperti tempat parkir, musholla, pondok-pondok
tempat bersantai, rest room, cafetaria, kolam renang mini untuk
anak-anak hingga hutan homogen yang dinamakan "Area Super Sejuk" dan
dapat digunakan untuk area fotografi pengantin, alam dan sebagainya. Dilengkapi
keramahan yang menyapa anda dari tiap ruang hingga sajian menu sesuai selera.
Datang dan biarkan mata serta jiwa anda menikmati indahnya panorama alam di
Taman Bukit Bougenville.
Taman Chidayu
Berdampingan
dengan taman Bougenville, Chidayu memiliki karakteristik khas dengan tempat pemancingan,
pepohonan buah-buahan, taman bunga dan taman bermain anak-anak. Kesejukan
hembusan angin dapat kita nikmati sembari melihat sunset di ufuk barat
dan hidangan cafe Chidayu.
Taman Teratai Indah
Tidak sampai
10 menit dari kota, tempat rekreasi keluarga untuk menikmati pemandangan gunung
yang berjejer menghiasi kota Singkawang dengan nuansa 'air' dapat pula bersenda
gurau di danau buatan sembari mengengkol 'bebek air', berenang bersama keluarga
di kolam renang dan menikmati sajian makanan dan minuman di restoran atau
danau.
Vihara Tri
Dharma Bumi Raya di malam hari
Pasar Hong Kong
Jika anda
merasa lapar di malam hari bukanlah persoalan, karena deretan gerobak yang
menjual berbagai jenis makanan di pasar Hong Kong siap menuntaskannya. Pasar
Hong Kong adalah sebutan orang-orang Singkawang untuk jalan Bawal dan
sekitarnya di malam hari. Di pagi dan siang harinya, lokasi ini hanyalah jalan
biasa tempat berlalu lalang berbagai kendaraan, namun ketika malam tiba akan
dipadati gerobak-gerobak yang menjual berbagai jenis makanan.
Vihara Tri Dharma Bumi Raya
Kota
Singkawang juga dikenal dengan sebutan kota Seribu Kuil, karena di setiap sudut
kota ini dapat ditemui banyak bangunan vihara atau lebih dikenal sebagai
kelenteng atau pekong. Bangunan ini memiliki arsitektur yang khas, didominasi
warna merah dan hiasan liong.
Budaya
Cap Go Meh
Seperti
halnya bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia lainnya, perayaan Imlek untuk
menyambut tahun baru China merupakan tradisi termegah yang selalu dirayakan
seluruh lapisan masyarakat Singkawang setiap tahun. Bagi mereka perayaan Imlek
tidak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia lainnya ketika merayakan Idul
Fitri atau Natal.
Tahun baru
Imlek muncul dari tradisi masyarakat Tiongkok yang dianggap sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan sekaligus harapan agar musim
berikutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Imlek selalu dirayakan selama 15
hari berturut-turut dan hari puncak ke-15 disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Tionghoa berarti malam
ke-15 yang merupakan puncak perayaan Imlek dan Cap Go Meh dirayakan secara
khusus. Kalau mau ditelaah lebih jauh, Cap Go Meh di Indonesia sendiri
merupakan perpaduan budaya Tiongkok dan Indonesia, yakni adanya lontong Cap Go Meh. Lontong adalah makanan asli
Indonesia, sedangkan Cap Go Meh adalah tradisi yang lahir dari Imlek.
Puncak acara
Imlek atau Cap Go Meh ini dimaksud untuk menangkal gangguan
atau kesialan di masa mendatang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan
kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukan Tatung. Tatung adalah media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung
dipenuhi dengan mistik dan menegangkan, karena banyak orang kesurupan dan
orang-orang inilah yang disebut Tatung. Upacara pemanggilan tatung dipimpin
oleh pendeta yang sengaja mendatangkan roh orang yang sudah meninggal untuk
merasuki Tatung. Roh-roh yang dipanggil diyakini sebagai roh-roh baik yang
mampu menangkal roh jahat yang hendak mengganggu keharmonisan hidup masyarakat.
Roh-roh yang dipanggil untuk dirasukkan ke dalam Tatung diyakini merupakan para
tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim,
sastrawan, pangeran, pelacur yang sudah bertobat dan orang suci lainnya.
Roh-roh yang
dipanggil dapat merasuki siapa saja, tergantung apakah para pemeran Tatung memenuhi syarat dalam tahapan yang ditentukan pendeta.
Para Tatung diwajibkan berpuasa selama tiga hari sebelum hari perayaan yang
maksudnya agar mereka berada dalam keadaan suci sebelum perayaan.
Dalam
atraksi Tatung yang sudah dirasuki roh orang meninggal
bertingkah aneh, ada yang menginjak-injak sebilah mata pedang atau pisau, ada
pula yang menancapkan kawat-kawat baja runcing ke pipi kanan hingga menembus
pipi kiri. Anehnya para Tatung itu sedikit pun tidak tergores atau terluka.
Beberapa Tatung yang lain dengan lahapnya memakan hewan atau ayam hidup-hidup
lalu meminum darahnya yang masih segar dan mentah.
Di
Singkawang banyak orang Dayak yang juga turut serta menjadi Tatung, mereka
terdorong berpartisipasi karena ritual Tatung mirip upacara adat Dayak. Sejak
pertama kali datang ke Singkawang masyarakat Tionghoa telah menjalin
persahabatan erat dengan penduduk pribumi khususnya suku Dayak. Karena itu
tidak ada kecanggungan di antara kedua etnis ini. Dahulunya Singkawang
merupakan tempat persinggahan para penambang emas yang berasal dari Tiongkok.
Gelombang migrasi besar-besaran pada tahun 1760, membawa masyarakat suku
Tionghoa Hakka dari Guangdong China selatan yang mendarat di
Pulau Kalimantan. Mereka menetap dan bekerja sebagai kuli tambang emas dan
intan di monterado, Kalimantan Barat. Meski secara fisik maupun
budaya ada yang berasimilasi dengan penduduk lokal, mereka juga tetap
mempertahankan adat istiadat leluhur yang dipertahankan hingga kini. Karena
pada umumnya mereka penganut Kong Hu Cu dan Buddha maka perayaan imlek
menjadi tradisi istimewa yang senantiasa mereka rayakan.
Di era Orde
Baru perayaan Imlek khususnya ritual Tatung dilarang
dipertontonkan di depan umum. Tetapi di era reformasi mantan Presiden Gus Dur mengizinkan kembali, bahkan pemerintahan
berikutnya Megawati Soekarnoputri
mengesahkan dalam bentuk undang-undang. Dengan demikian warga Tionghoa di
Singkawang khususnya menjadi lebih leluasa untuk menjalankan tradisi atau
upacara keagamaan mereka. Di dunia pariwisata, Tatung berpotensi untuk menarik
turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama Singkawang di dunia
internasional, Tatung juga ikut meningkatkan perekonomian daerah setempat.
Gawai Dayak Naik Dango
Upacara Naik
Dango yang merupakan kegiatan ritual seputar panen padi adalah ungkapan syukur
masyarakat Dayak kepada Sang Pencipta akan hasil yang telah
diperoleh. Upacara ini diadakan di setiap kabupaten termasuk kota Singkawang.
Tempat penyelenggaraan dilaksanakan bergantian antar kecamatan setiap tahun,
ditetapkan oleh Dewan Adat kabupaten setempat. Di samping upacara adat,
diadakan pula pesta wisata dan budaya Naik Dango yang diisi dengan pertunjukan
kesenian, lomba permainan tradisional, lomba kesenian daerah, pameran, seminar
kebudayaan dan pasar rakyat.
sumber : wikipedia singkawang